Penulis : Eka Safitri Anggraini (Mahasiswi Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Malang)
Tepat pada tanggal 3 September 2022 harga bahan bakar minyak (BBM) mengalami kelonjakan yang cukup drastis, beberapa pakar telah memperkirakan bahwa kelonjakan tersebut akan membawa pengaruh besar khususnya di sektor ekonomi. BBM yang terus mengalami peningkatan merupakan hal yang kompleks untuk masyarakat, dengan begitu fokus kita saat ini lebih mengarah ke situasi bisnis. Sehingga dapat mengetahui ada beberapa hal yang saling berkaitan antara salah satu bidang dengan bidang lainnya dalam rangka untuk stabilitas ekonomi, politik dan sosial dapat terjaga sehingga hal inilah yang harus menjadi perhatian.
Adanya tuntutan agar anggaran subsidi tidak membengkak cukup besar maka kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM diberlakukan secara serentak mulai dari jenis Pertalite, Solar hingga Pertamax. Para ahli ekonomi telah mengamati bahwa BBM bersubsidi yang dibatasi masih sulit diterapkan maka keputusan pemerintah dianggap hal yang sulit dilaksanakan, upaya yang dilakukan oleh pemerintah terhadap BBM yang dikonsumsi masyarakat dapat terpantau dengan menggunakan aplikasi My Pertamina akan tetapi pada praktiknya beberapa persyaratan yang masih sukar untuk dipenuhi guna mendukung kebijakan tersebut.
Adanya pembauran dari beberapa data yang saling berkaitan dengan platform yang dibutuhkan pemerintah telah membahas rencana kebijakan dari ilustrasi yang dibuat serta menelaah pengaruh negatif yang kemungkinan akan terjadi untuk menghadapi rintangan tersebut, realisasi dalam penerapan kebijakan akan segera diselesaikan. Setelah adanya harga subsidi BBM yang naik beberapa hari kemudian disusul oleh kelonjakan harga komiditi pangan seperti cabai, bawang putih dan bawang merah, tomat, dll. Hal ini sudah tidak asing lagi dan seringkali terjadi, kelonjakan subsidi BBM memang berpengaruh terhadap harga komoiditi pangan dan selalu beriringan.
Harga yang mengalami peningkatan awalnya bermula dari biaya operasional seperti biaya distribusi, sulitnya efisiensi pada bidang distribusi ini masih ditingkatkan. Dengan melambungnya jumlah harga pada komoditi lambat laun akan memberikan pengaruh terhadap kegiatan UMKM dimana sebagian besar masyarakat Indonesia kegiatan primernya adalah dengan berdagang. Berpindah ke bidang usaha transportasi online, perbandingan antara presentase harga subsidi BBM yang naik terhadap presentase pada tarif online yang disesuaikan pada saat ini masih dikatakan stabil. Apabila menganalisa dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa harga transoportasi online yang naik masih dapat dijangkau oleh konsumen selama masih banyak yang membutuhkan dan mereka tetap menggunakan transportasi online sebagai kebutuhan. Meskipun nantinya sebagian konsumen akan diperkirakan berpindah memakai kendaraan pribadi, namun hal ini bukan berarti bisnis transpotasi online tersebut cenderung menurun, karena tidak semua masyarakat mampu menggunakan kendaraan pribadi.
Prioritas vs Gaya Hidup
Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan teori hierarki kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, teori ini membahas mengenai tingkat prioritas manusia. Maslow mengemukakan bahwa susunan pada prioritas manusia terbagi menjadi 5 tingkatan diantaranya adalah kebutuhan fisiologis, rasa kebahagiaan, sosial apresiasi serta integritas dalam diri manusia. Pada umumnya teori tersebut adalah bentuk sederhana dari berbagai macam situasi yang akan dievaluasi, dimana penerapan yang sebenarnya terjadi kemungkinan tidak sesuai dengan teori karena adanya kurun waktu dan perilaku masyarakat yang mudah berubah. Pasca harga subsidi BBM yang meningkat tampaknya masyarakat lebih cenderung memprioritaskan kebutuhan primer agar terpenuhi dengan baik.
Pada umumnya gaya hidup yang dikaitkan dengan prioritas ialah prioritas yang cenderung kepada apresiasi dan integritas atau disebut juga dengan kebutuhan tersier, prioritas tersebut mampu terpenuhi apabila prioritas primer maupun sekuder sudah terpenuhi dengan baik. Dari teori yang dipaparkan sudah bisa membedakan antara prioritas dan gaya hidup yang sebenarnya, beberapa hal yang saat ini sering menganggap bahwa prioritas yang bersifat sekunder dapat menggeser prioritas yang bersifat primer lantaran adanya desakan suatu jaman dampak dari pergeseran tersebut dapat diciptakan melalui adanya perilaku masyarakat yang sering berubah.
Prioritas dan gaya hidup ini merupakan hal yang tidak mudah untuk dikendalikan bahkan tidak pernah dilepaskan, saat masyarakat ingin mengonsumsi sebuah produk maka kemungkinan produk tersebut lebih cenderung kearah prioritas atau gaya hidup semata. Misalnya saja kita membutuhkan sebuah handphone untuk berkomunikasi yang dapat dilakukan secara jarak jauh lantaran handphone tersebut dianggap alat yang efisien untuk kepentingan sehari-hari, dengan uang sekitar Rp 5 juta rupiah maka akan ditawarkan berbagai macam jenis spesifikasi handphone baik masih kondisi baru ataupun second. Secara logis uang yang cukup untuk membeli sebuah handphone masih diarahkan dengan beberapa pilihan yang cocok untuk dibeli, dari handphone yang telah dibeli dapat menunjukkan bahwa prioritas tersebut telah dipenuhi.
Kemudian, masyarakat ingin membeli mobil untuk dijadikan bahan koleksi hal pertama yang dilakukan adalah menggali informasi baik dari sosial media maupun dari orang terdekat untuk dijadikan sebuah referensi pribadi, mobil yang dibeli menunjukkan bahwa gaya hidup tersebut telah dipenuhi. Hal inilah yang terjadi di jaman saat ini dimana prioritas dan gaya hidup memiliki selisih yang sedikit. Maka selaku masyarakat yang merasakan adanya pengaruh dari harga subsidi BBM yang naik pastinya dipaksa untuk lebih pandai dalam memilih hal yang termasuk prioritas maupun gaya hidup, pada saat ini untuk menggali informasi dapat diakses melalui digital serta berbagai ulasan yang telah diberikan kepada orang lain dapat dilihat melalui sosial media. Pasca melonjaknya harga subsidi BBM masyarakat diharapkan untuk tidak memenuhi gaya hidup namun diimbangi dengan prioritas.
Discussion about this post