JAKARTA — Dunia pendidikan di Indonesia tidak berhenti melahirkan tokoh-tokoh yang penuh dedikasi. Salah satunya adalah Suherman Saji. Artikel dibawah ini, sedikit banyak mengulas lebih dekat sosoknya.
Suherman lahir di Kuningan, Jawa Barat pada 1 Januari 1966. Ia anak kedua dari pasangan Saji dan Tarwi. Suherman kecil menghabiskan masa sekolah di Kuningan, Jawa Barat. Ia memasuki dunia sekolah di SD Negeri 1 Langseb, kemudian pada tahun 1983 tercatat sebagai siswa di SMP Negeri 1 Lebakwangi, lalu melihat ke SMA Negeri 1 Kuningan.
Sejak kecil ia sudah bercita-cita ingin membangun tanah kelahiran dan Indonesia melalui jalur pendidikan. Karena itu, ia mantap menjadi seorang pendidik. Restu ibunda menambah yakin semangat Suherman mengejar cita-citanya.
Selulus SMA, ia melanjutkan pendidikan S1 di jurusan Teknologi Pendidikan IKIP Jakarta, lalu lanjut S2 di Uhamka. Tahun 2011 lalu, ia meraih gelar doktornya pada bidang TP di UNJ.
Pengalaman Masa Kuliah
Sejak zaman perkuliahan, Suherman mendapat doktrin dari dosen-dosennya bahwa memasuki bidang TP berarti mengatur masa depan.
“Hal tersebut dilandasi oleh satu hal, belajar TP adalah belajar mengenai Informasi dan teknologi, sehingga arah orientasi pendidikan salah satunya memotret pendidikan di masa depan,” kata Suherman di Jakarta, Senin 24 Mei 2021.
Menurut Buku Putih FIP sekitar tahun 1988, jurusan Teknologi Pendidikan dipersiapkan bukan menjadi pendidik di ruangan kelas, namun siapkan instrumen di sekolah untuk menunjang proses pembelajaran disekolah.
Masa kuliah tentu dilalui dengan masa flip top memory. Salah satu pengalaman yang berkesan adalah saat menjadi pembicara di seminar akademik. Seminar akademik memang para pembicaranya adalah mahasiswa dan pesertanya adalah dosen dan pimpinan fakultas.
Tentu ada gugup dan bangga ketika ia dipilih menjadi salah satu pembicara dalam forum tersebut. Suherman dalam diskusi tersebut menawarkan ide mengenai lulusan mahasiswa TP.
“Mahasiswa yang terkait dengan masalah dalam buku putih yang menjadi peran dalam mempersiapkan instrumen pembelajaran, juga bisa menjadi pendidik dikelas dan bekerja dilembaga-lembaga diklat,” demikian ide Suherman waktu itu.
Hasil Suherman mendapat kepercayaan untuk mengakomodir rekan seangkatannya yang berarti 40 orang untuk menindak-lanjuti idenya dalam seminar tersebut. Namun, sedihnya adalah ia diputuskan menjadi satu-satunya mahasiswa yang tidak lulus dalam mata kuliah magang. Hal tersebut konsultasi konsultasi sama seseorang yang dituakan dan akhirnya ia legawa, perjuangan selalu ada pengorbanan.
Selama kuliah, Suherman aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Pada tahun 1989-1990 ia menjadi seksi rohani Senat Mahasiswa FIP, 1990-1992 ia menjadi Sekretaris Umum Senat Mahasiswa FIP, Ketua Umum Senat Mahasiswa IKIP Jakarta pada tahun 1992-1994 dan lain-lain. Suherman aktif menjadi aktivis semenjak dari HMJ hingga senat IKIP. Capaian yang luar biasa dari seorang aktivis kampus.
Bahkan diluar kegiatan jadi aktivis, ia juga menyempatkan diri bekerja menjadi pengajar. Ia mengajar di Persis Jakarta pada tahun 1986-1992. Sehingga masa kuliah dihabiskan dengan menjadi mahasiswa yang aktif di organisasi dan dunia kerja.
Peran di Dunia Pendidikan
Kegandrungan dengan pendidikan menjadi passion Suherman. Tidaklah salah ketika mahasiswa saja ia sudah akif mengajar. Berbagai peran sudah ia lakoni dalam pendidikan, mulai dari guru, dosen, rektor dan bahkan pendiri yayasan hingga kampus.
Berbagai hal dia tekankan dalam menjalani profesi sebagai pendidik, pada saat ia mengajar jadi guru. Ia ingin memiliki lembaga pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut akhirnya ia lakukan dengan baik, salah satunya yang disediakan pesantren Al-Qalam, Jakarta.
Salah satu mimpi terealisir, bahkan tidak disangka ia menjadi Rektor Universitas Islam Attahiriyah, pada tahun 2018 hingga kini. “Salah satu tantangan menjadi rektor di kampus swasta adalah review masa depan kampus,” katanya.
Ia mengungkapkan untuk membangun kampus yang dibutuhkan energi lebih, andaikan sehari 24 jam, maka 2/3 hari digunakan untuk mengukur eksistensi kampus. Hal tersebut semata-mata untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan di kampus tersebut.
Hebatnya, cita-cita kembali ke kampus tempat Suherman kuliah juga terwujud. Ia tercatat sebagai dosen di UNJ. Hal yang ia sampaikan secara berulang-ulang ke mahasiswa adalah pentingnya alumni kembali ke kampus.
“Mengabdi pada almamater dengan berbagai peran yang diemban sebagai balas budi ke almamater,” pesan ini yang selalu Suherman sampaikan kepada para mahasiswa.
Mendirikan Yayasan Pendidikan
Mimpi lain adalah ingin kembali ke kampung halaman, dengan tujuan mengabdi dan mengembangkan tanah kelahiran. Mimpi itu lagi-lagi ia wujudkan dengan membuat yayasan Semar Sakti Sejahtera pada tahun 2010. Yayasan tersebut menaungi beberapa sekolah mulai dari PAUD, TK, MI hingga SMK. Semua tingkat pendidikan tersebut berbasis pesantren. Bahkan Pondok Pesantren Insan Cendekia berdiri megah di Kuningan, Jawa Barat merupakan hasil jerih payahnya lembaga pendidikan.
Yayasan yang ia dirikan bukan hanya menaungi sekolah di Kuningan, Jawa Barat saja, tetapi juga di Jakarta. Di Jakarta jenjang pendidikan yang tersedia adalah PAUD dan TK, sedangkan di Rangkas Bitung, Banten menaungi PAUD dan TK Islam. Salah satu kekhasan sekolah yang Suherman dirikan adalah berbasis pesantren. Berbagai cita-cita di dunia pendidikan tuntas ia wujudkan, sesuai dengan mimpi masa kecilnya, yang berperan di dunia pendidikan.
Sebagai Pengurus IKA UNJ
IKA UNJ melaksanakan 7 kali Musyawarah besar, Suherman tercatat sudah 3 periode menjadi pengurus, yaitu masa Endin AJ. Soefihara, Taufik Yudi Mulyanto dan Juri Ardiantoro. Terakhir, pada masa kepengurusan Juri Ardiantoro, ia mengemban amanah sebagai Sekretaris Jenderal IKA UNJ.
Ia juga termasuk dalam memasukkan IKA UNJ kedalam statuta UNJ, pada tahun 2019. Statuta menyatakan IKA UNJ merupakan satu-satunya organisasi alumni resmi yang sah UNJ.
Suherman menyatakan bahwa salah satu tantangan dalam memimpin IKA UNJ adalah menumbuh-kembangkan Sense Of Belonging alumni ke almamater.
Maka pesan Suherman kepada alumni adalah kembali ke kampus untuk mengabdi, dan pesan ke UNJ adalah almamater yang baik adalah almamater yang melibatkan alumni. Sehingga sinergi almamater dengan alumni akan membawa UNJ ke kejayaan.
Discussion about this post